Resah dengan sampah dimana-mana dan tak ada yang
mengubrisnya. Pak Abdul Halim melakukan sesuatu diluar kebiasaan. Lulusan
Universitas Malikussaleh ini peka terhadap isu-isu lingkungan semenjak di
kampus.
Dia membuat desa Blang Asan, menjadi percontohan pengelolaan sampah yang meraih juara Astra Award dengan judul program “Penggelolaan Sampah untuk Masa Depan Bumi." Apa saja yang bapak ini lakukan? Dia mengajak perangkat desa untuk mengumpulkan sampah di desa dan dibuang ke TPA terdekat, tidak lagi dibuah di sembarangan tempat.
Sempat ada yang mengatakan tak mungkin tapi dia
tidak menyerah, sudah ada 60 keluarga ikut gabung dengan program ini. Program
yang menyediakan petugas untuk
pengutipan sampah dari rumah-rumah dan dibawa ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA)
yang di bumdes, jasa pengelola sampah ini didukung oleh dana desa dan Depertemen Lingkungan Hidup. DLKH memberikan
becak untuk pengangkutan sampah ini dan Bank Aceh membantu dengan memberikan
tong sampah di desa. Target Abdul Halim adalah mengurangi tumpukan sampah di
TPA dengan berbagai program.
Salah satu program yang berjalan adalah masyarakat
diedukasi untuk memisahkan sampah yang organik dengan sampah plastik. Komunitas
The Power of Emak-Emak adalah ibu-ibu yang memilah sampah ini. Sampah plastik
bisa dijual kembali ke pengumpul. Masyarakat jua bisa menjual sampah ini di
Bank Sampah, namun karena harga kardus dan plastik bekas sangat murah di
pasaran loak, bank sampah ini belum mencukupi untuk jerih ibu-ibu ini.
Ide mencanangkan program ini tercetus pertama kali
saat Pak Abdul Halim ikut dalam rombongan kunjungan DPRK Bireun ke Surabaya,
dia melihat bagaimana masyarakat di sana mengolah sampah dengan baik. Program
ini sudah berlangsung dari tahun 2020 sampai sekarang.
Bank Sampah di Desa Blang Asan, Peusangan Bireun atau nama lain Pengelolaan Sampah Terintegrasi untuk bumi adalah program yang digagas oleh Abdul Halim. Ide ini muncul dari keprihatinan mendalamnya
terhadap masalah sampah yang dibuang sembarangan. Dia sadar bahwa
tumpukan sampah yang terus bertambah dapat mengancam lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk bertindak.
Melalui pertemuan virtual Abdul Halim menjelaskan, dia berhasil membuat program-program ini karena inisiatifnya untuk melibatkan perangkat desa dan masyarakat
setempat. Dia bekerja sama erat dengan kepala desa dan anggota pemerintahan
desa untuk menggalang dukungan dan sumber daya yang diperlukan untuk proyek
ini. Bersama-sama, mereka merancang program pengelolaan sampah yang lebih baik
untuk desa mereka.
Bank sampah yang didirikan oleh Abdul Halim
berfungsi sebagai pusat pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan sampah.
Masyarakat desa Blang Asan Bireun diajak untuk berpartisipasi aktif dengan
mendaur ulang sampah-sampah mereka. Melalui bank sampah, mereka dapat menukar
sampah yang dikumpulkan dengan cuan.
Keberhasilan proyek bank sampah dan pemberian upah
bagi pekerja pengumpul sampah desa dengan dana desa ini membuat Abdul Halim
mendapatkan penghargaan Astra Award. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk
apresiasi atas kontribusi luar biasa Abdul Halim dalam menjaga lingkungan dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa Blang Asan, Bireun. Astra Award
juga menjadi motivasi bagi Abdul Halim untuk terus mengembangkan inisiatif
lingkungan yang lebih besar lagi dan menjadi inspirasi bagi banyak orang lain.
Abdul Halim adalah contoh nyata bagaimana satu
individu yang peduli terhadap lingkungan dapat membawa perubahan positif yang
signifikan dalam komunitasnya. Dengan kerja keras, kerjasama yang baik dengan
perangkat desa, dan semangat untuk melibatkan masyarakat, Abdul Halim telah
menciptakan dampak positif yang berkelanjutan dalam upaya menjaga lingkungan
dan mengatasi masalah sampah di desanya.
Pak Abdul Halim terus belajar dari berbagai pihak,
berbagai komunitas untuk pengembangan program peduli lingkungan. Dia tidak
mengagas program ini untuk ceremonial saja, tapi program ini berkelanjutan dan
bertahan sampai sekarang.